I Learn to Life, Half Alive - LIFE AT TOMATO FAMILY

Wednesday, November 2, 2011

I Learn to Life, Half Alive

Hari ini mantan saya ulang tahun. Dan sahabat saya mengingatkan, karena kita pernah sedekat itu. Kita pernah membangun sebuah hubungan selama itu. Pernah berangan - angan seakan - akan kita itu tahu masa depan seperti apa. Padahal akhirnya saya putus dengan dia. Dan sekarang juga sudah membangun hubungan dengan orang lain lagi. Dengan masalah yang lain lagi. Jadi apa salahnya sekedar memberi ucapan.

Saya ingat sekitar 5 tahun yang lalu. Ketika dua hari kemudian dia menemani saya pulang ke rumah dan mengungkapkan perasaannya pada saya. Ketika kemudian kami belajar mengenal satu sama lain begitu lama sampai akhirnya perbedaan yang memisahkan kami berdua.

Itulah kenyataannya. Berbeda. Kenapa semua orang sangat melihat orang dari perbedaannya. Kenapa bukan persamaannya? Saya melengos. Inilah Dunia tempat saya bernafas sekarang. Perbedaan ras juga yang membuat adanya perbudakan. Perbedaan Agama membuat orang saling berperang. Perbedaan pendapat di jalan membuat orang saling memukul.

Saya belajar hidup itu menyakitkan. Belajar bagaimana berharap itu sama menyakitkannya. Belajar bagaimana orang - orang yang bersikap baik itu belum tentu benar - benar baik. Padahal dulu saya mati - matian bersikeras, cuma ada dua jenis orang di dunia ini, orang baik dan orang jahat. Jadi, orang seperti itu  masuk kategori yang mana?

You're gonna catch a cold
From the ice inside your soul
" Christina Peri - Jar of Hearts"

Pacar saya sekarang, kebetulan kami berbeda juga. Tapi bukan agama. Saya bersyukur akhirnya saya bisa menemukan orang yang seiman dengan saya. Bukan karena saya menyulut perang pada orang - orang yang tidak seiman. Tapi betapa menyakitkan lingkungan kita saat ini. Berpendidikan atau tidak ngga jaminan. Nyatanya mereka masih saja menilai orang berdasarkan perbedaan yang mencolok dalam pola pikir mereka.

Kenapa ngga berpikir, apa yang membuat kami berdua saling mencintai? Oke, mungkin bakalan kedengarannya atas nama cinta. Tapi kenapa selalu fisik?

Sahabat saya, si Mona dan Nova, yang kebetulan dua - duanya cewek, menghibur saya. Mereka terus menguatkan saya. Kata mereka, itu adalah salah satu ujian dalam sebuah hubungan.Saya tau keduanya telah mengalami hal yang kurang lebih sama. At least, ketika kamu tingal di negara ini, fisik selalu jadi modal utama. Dan otak selalu nomor sekian. 

Kata mereka, setiap orang punya kriteria sendiri - sendiri. Kalau kamu cantik menurut A belum tentu cantik juga menurut B. Begitu juga sebaliknya. 

Padahal di Korea, fisik nomer sekian, karena kecantikan fisik bisa dibuat, skill nomor satu. Di Indonesia tidak. Contohlah artis, udah bodoh, cakep, pasti booming jadi model iklan dan main sinetron.

Buat saya, saya merasa cakep. At least, bukannya saya sombong. Tapi record saya dibilang cakep bukan satu dua orang. Bener kata dua sahabat saya itu, tipe orang dalam mengklarifikasi cantik itu berbeda - beda. Ada yang sangat berpatokan pada cewek - cewek di Fashion TV. Ada yang berpatokan dengan artis luar negeri. Ada juga yang cukup puas dengan citarasa artis lokal.

Dan tapi harusnya orang menilai seseorang berdasarkan apa yang telah diperbuatnya bukan fisiknya. Contohnya kalau saya dan si pacar, kenapa orang harus bilang: "Wah, ternyata orang Jawa," atau "Wah ternyata nggak secakep artis televisi," atau " Wah kok ga kurus yah?"

Dan semua pertanyaan yang menohok hati. Oke pada akhirnya saya bisa menerima itu semua sebagai kritik yang membangun. Tapi bagaimana dengan si pacar?

1 comment:

tedjo said...

anank muda kadang mempunyai idealisme yang tinggi, dan kadang mengendalikan idealisme itu sam sulit nya dengan mengendalikan diri kita.
saya pernah menanyai sejumlah orang, dengan ras berbeda. dengan pertanyaan sederhana. kamu orang apa? (kalimat sengaja di buat salah dan bias). di dapat kan lah beberapa jawaban.
1. g muslim lah,
2. g padang, jawa, dll
3. cinalah
padahal ekspekstasi saya secara general adalah "orang indonesia". disini kita mendapat beberapa pertanyaan yang sangat besar bukan?

kadang meski idealisme tidak sinkron dengan lingkungan, tidak ada salahnya memperjuangkan nya..terlebih terkait maslah cinta..hajar aja le