That Motivation comes from the 'A' - LIFE AT TOMATO FAMILY

Tuesday, August 24, 2010

That Motivation comes from the 'A'

Segernya! Saya habis mandi. Sambil menunggu nasi di magic com mini saya, saya putuskan untuk memosting cerita di blog saya lagi. Hahaha, benar sekali, mate. Kalo abis bikin blog baru, biasanya awal-awal seperti ini kita rajin banget memosting sesuatu. Tunggu saja beberapa bulan lagi. Saya ngga yakin saya akan update blog ini tiap hari seperti sekarang. Bahkan sehari dua kali seperti kemaren. :p

Hari ini hari super duper lelah saya di depan lappie kesayangan saya ini. Biasanya saya paling betah nongkrong berjam-jam di depan lappie sambil sekedar liat-liat blog orang, maen game onlen sebentar, komen-komen ngga penting di facebook, ngecek sebentar twitter saya yang sepi (haha, benar, saking simpelnya twitter, saya sampe sekarang belom menemukan kenyamanan memakainya.), donlot lagu-lagu yang asik, sekedar dengerin koleksi mp3 saya yang bejibun sambil intip-intip facebook cowok saya, mantan-mantan saya (jangan malu, saya yakin kalian juga sering melakukannya kan?), sahabat-sahabat saya, sodara-sodara saya yang saking banyaknya ngga kehitung pake 20 jari yang saya punya, trus, siapa lagi ya, hmmm… yah pokoknya yang ada di list teman saya deh.

neh twitter saya diupdate terakhir 25 januari, itu aja ngga ada yang retweet. wkwkwk.


Berawal dari ibu pembimbing skripsi saya tercintah, yang menyuruh saya untuk merevisi ulang Bab 1, 2 dan 3 skripsi saya minggu lalu. Saya yang biasanya paling malas buat revisi, mendadak menjadi rajin, karena saya sedikit sadar, waktu saya semakin sempit untuk mengejar ketertinggalan saya. Benar, saya sedikit sadar.

Tapi, kesadaran saya makin bertambahl saat melihat salah satu teman saya, berinisial A (maaf banget ngga enak nyebut nama dia di sini), menenteng bundel skripsinya yang sudah selesai dan lewat di depan saya.

Kalo orang lain yang lewat, saya mungkin bersikap biasa aja. Tapi, sayangnya si A yang lewat. Yang menohok saya adalah, kami seangkatan, karena kami seangkatan, kami sering satu kelas bareng waktu jaman kuliah dulu. Saya tau banget, si A anaknya bego. Sumpah, saya bukannya ngebego-begoin anak orang. Tapi yang mengakui kebegoannya itu bukan satu dua orang saja. Hampir semua orang yang kenal dia tau dia itu bego. Nilai A yang dia dapat, hasil sempurna karena dia kumpul sama orang-orang jenius di kelas saya dan mencontek habis-habisan kerjaan mereka dengan mengedit-edit sedikit agar terlihat itu hasil karyanya dia. Kalo disuruh ngerjain sendiri, saya yakin, dia ngga bakalan bisa.

Dan saya, meskipun saya mengakui kecerdasan saya sedikit lebih tinggi levelnya dibanding dia, kadang harus puas hanya dengan nilai AB atau B. Bedanya, nilai saya hampir semuanya usaha saya sendiri.

Oke, sampai di situ flashback saya soal si A. Anyways, saya hampir ngga percaya kalo bundel yang dia bawa adalah bundel skripsi. Tapi sahabat saya, Nova (dia duduk di sebelah saya waktu itu), yang mungkin menyadari hal ini lebih cepat daripada saya dan langsung tanpa basa-basi dia bertanya pada si A. terjadilah percakapan singkat berikut:

Nova: “ Hei, A! Kamu mau kumpul bundel skripsi toh?”
A: (menoleh dan menunjukkan bundel yang dibawanya.) “Iya, ni, Va. Heheheheh….,”

Saya dan Nova berpandangan. Dalam hati kami, sama-sama meneriakkan kata: “Asem!”

Saya: “Wah, keren, A! Kapan sidang?” (dalam hati saya ndongkol.)
A: “Ngga tau, Meg. Tunggu jadwal aja. Duluan ya,”

A berlalu cepat masuk ke ruang Kepala Program Studi kami. Dan menghabiskan waktu yang cukup lama di sana bersama calon-calon peserta sidang lainnya yang mengumpulkan bundel skripsi hari itu.

Saya dan Nova sama-sama terdiam. Percakapan singkat itu membuat kami terkagum-kagum. Si A? Mau sidang? Hahahahah. Saya ngga mempermasalahkan bagaimana dia membuat skripsinya. Kalo ternyata skripsinya dikerjakan orang lain alias “beli”, saya pun ngga merasa itu salah. Sumpah, Fakultas saya itu paling gemar merekrut orang untuk masuk dan belajar di dalamnya (dengan biaya tinggi tentunya!), tapi untuk meluluskan mahasiswanya, mereka membuat prosesnya seolah susah sekali. Anyways, kapan-kapan saya akan posting bagaimana bisa begitu. :p

Back. Yang kami permasalahkan itu adalah, bagaimana si A masih bisa mempertahankan semangatnya untuk bertahan mengerjakan skripsi dan mendahului kami semua maju sidang. Saya, Nova dan mungkin teman-teman seperjuangan saya, sering banget ngerasa Up and Down, Hot and Cold, Yes then No, (hahahhaa, lagu Katty Pery banget) secara bergantian.

Dia, menurut saya keren. Meskipun bego, dia sangat konstan dalam mempertahankan semangatnya dan mengumpulkan bundel skripsi mendahului kami-kami yang mungkin kecerdasannya di atas rata-rata dia. Salut banget! Ngga bakal ngira deh. Temen-temen satu angkatan saya yang laen, yang saya ceritain, ngga percaya juga. Gila, saya ngga pernah berpikir sebelumnya, kalo motivasi saya justru datang dari si A! One another of idiot that spend their study just for fun.

Makanya, saya bela-belain duduk seharian di depan lappie dan mengerjakan bagian paling menjengkelkan di skripsi saya. DFD! Temen-temen yang kuliahnya sama-sama di TI seperti saya pasti tau banget DFD itu apa. Yup, kek diagram perencanaan sebelum kamu membuat sebuah program komputer. Ah, whatever! Saya ngga mau bahas soal materi komputer di sini.

Dan oke, finally, kemalasan saya berhasil dikalahkan. Dan, yippie! Selesai sudah. Seneng banget saya. Ngga yakin juga itu bener sih tapi seenggaknya saya udah berusaha. Well, that’s me, mate. Saya itu kalo disuruh usaha mati-matian saya bisa sampai mati beneran :p, saya ngga pernah peduli itu salah atau benar. Soalnya kata-kata favorit saya dari salah seorang temen saya, selalu jadi pegangan hidup. Ini dia:

“Rights and wrong wasn’t different. They just an opposite like Night and Day.”

Wah, nasi saya matang. Times to eat then!

No comments: