LIFE AT TOMATO FAMILY: motivation
Showing posts with label motivation. Show all posts
Showing posts with label motivation. Show all posts

Tuesday, September 14, 2010

A Letter to Juliet :)
5:28 PM 4 Comments
Bukan. Saya bukan mau posting soal film barunya Amanda Seyfred, salah satu seleb favorit saya, atau soal tokoh utama di buku sastra karya William Shakespeare, Romeo and Juliet. Judul itu sebenernya cuma kiasan. Hehe, kebiasaan saya, berfilsafah, lagi kambuh.
Ini film juga soal surat. Saya juga penasaran mau nonton. Nanti saya bikin reviewnya deh. 
Kadang, teknologi udah maju seperti ini, masih ada orang tetap menulis surat dengan tangan kepada orang-orang yang disayanginya. Saya ngga pernah menyangka. Saya adalah salah satu orang yang beruntung dan menerima surat dari orang yang berpikiran seperti itu.

Kalian tahu, rasanya beda banget kalo dibanding menerima e-mail, postingan wall di facebook, sms, messenger, twitter (saya ngga tau nama pesan di twitter, ada yang tau?), comment di friendster (jejaring sosial pertama saya), notes kecil yang (dulu) ditempel kakak perempuan saya kalo ngga sempat ngomong sama saya sebelum kerja dan saya masih tidur, atau banyak kartu pos dari Om saya pergi ke Barcellona tahun lalu.

Surat, memang bener-bener mewakili perasaan atau keadaan yang membuatnya. Surat favorit saya tetep dong, surat izin sakit dari dokter, hahahahah. Soalnya saya bisa nggak masuk sekolah, kuliah atau bahkan kerja (kapan saya kerja, btw?) hanya dengan mengandalkan surat itu. Sedangkan kalo ngga ada surat itu, saya dianggap alpha alias ngga ada keterangan.

Orang yang memberi surat kepada saya, orang yang lucu, baik, dan ramah. Dan itu tersirat banget di tulisan dia. Surat itu harusnya sedih, tapi saya malah tertawa-tawa. Gila ya, memang nggak salah para mahasiswa psikolog belajar soal sifat manusia berdasarkan bentuk tulisan tangan. Soalnya, memang tulisan tanganmu itu mewakili bagaimana watak seseorang sebenernya.
Ngomong susah, nulis juga susah. Terus, kapan mau disampaikan?
Surat yang saya terima, cuma satu lembar halaman folio. Penuh dan bolak-balik. Dan kesannya niat banget di tulis buat saya. Saya tahu, kadang-kadang ada hal-hal yang ngga bisa dikatakan lewat ucapan. Seperti saya, makanya saya membuat blog. Seperti orang itu, yang ingin mengatakan sesuatu pada saya, tapi ngga sempat dan emang dia bukan tipe orang yang bisa mengutarakan apa yang dirasakannya sama saya, akhirnya menulis surat.

Ngga pernah ada yang salah dengan menulis surat. Kalo kalian ngerasa ada yang harus dikatakan, tapi kalian ngga pernah bisa katakan langsung karena kalian malu, marah, atau apa,  mungkin tulisan lebih mudah menjadi wakil dari kalian. Buat jaman serba canggih seperti sekarang, buat apa malu. Toh, banyak juga yang masih melakukannya.

So, sekarang, kalau mau, ambilah pena, kertas dan tulislah apa yang ingin kamu katakan pada siapapun yang kamu rasa sulit untuk membuatmu mengatakannya secara terang-terangan. Mungkin memalukan. Tapi, ketika orang yang kamu tuju menerimanya. Kamu tahu, ada perasaan bangga dan senang, menjadi orang yang telah membuatmu susah mengucapkan kalimat secara langsung. Hahahah. Nggak, maksud saya menjadi orang yang menjadi tujuan niatmu menulis. Sebuah perasaan amazing!

Salah satu sahabat saya, yang sudah meninggal sekarang, dulu seneng banget waktu saya jadiin dia tokoh utama cerpen saya ke tingkat Provinsi waktu SMA. Cerpen itu tentang biografinya secara singkat. Tentang perjuangan dia melawan penyakitnya. Dia ngga pernah bilang langsung sama saya sampai dia pergi selamanya, tapi saya tau, dia bangga, waktu saya membuatnya menjadi sebuah tujuan, untuk merangkai kata-kata.

Read more

Tuesday, August 24, 2010

That Motivation comes from the 'A'
11:44 PM0 Comments
Segernya! Saya habis mandi. Sambil menunggu nasi di magic com mini saya, saya putuskan untuk memosting cerita di blog saya lagi. Hahaha, benar sekali, mate. Kalo abis bikin blog baru, biasanya awal-awal seperti ini kita rajin banget memosting sesuatu. Tunggu saja beberapa bulan lagi. Saya ngga yakin saya akan update blog ini tiap hari seperti sekarang. Bahkan sehari dua kali seperti kemaren. :p

Hari ini hari super duper lelah saya di depan lappie kesayangan saya ini. Biasanya saya paling betah nongkrong berjam-jam di depan lappie sambil sekedar liat-liat blog orang, maen game onlen sebentar, komen-komen ngga penting di facebook, ngecek sebentar twitter saya yang sepi (haha, benar, saking simpelnya twitter, saya sampe sekarang belom menemukan kenyamanan memakainya.), donlot lagu-lagu yang asik, sekedar dengerin koleksi mp3 saya yang bejibun sambil intip-intip facebook cowok saya, mantan-mantan saya (jangan malu, saya yakin kalian juga sering melakukannya kan?), sahabat-sahabat saya, sodara-sodara saya yang saking banyaknya ngga kehitung pake 20 jari yang saya punya, trus, siapa lagi ya, hmmm… yah pokoknya yang ada di list teman saya deh.

neh twitter saya diupdate terakhir 25 januari, itu aja ngga ada yang retweet. wkwkwk.


Berawal dari ibu pembimbing skripsi saya tercintah, yang menyuruh saya untuk merevisi ulang Bab 1, 2 dan 3 skripsi saya minggu lalu. Saya yang biasanya paling malas buat revisi, mendadak menjadi rajin, karena saya sedikit sadar, waktu saya semakin sempit untuk mengejar ketertinggalan saya. Benar, saya sedikit sadar.

Tapi, kesadaran saya makin bertambahl saat melihat salah satu teman saya, berinisial A (maaf banget ngga enak nyebut nama dia di sini), menenteng bundel skripsinya yang sudah selesai dan lewat di depan saya.

Kalo orang lain yang lewat, saya mungkin bersikap biasa aja. Tapi, sayangnya si A yang lewat. Yang menohok saya adalah, kami seangkatan, karena kami seangkatan, kami sering satu kelas bareng waktu jaman kuliah dulu. Saya tau banget, si A anaknya bego. Sumpah, saya bukannya ngebego-begoin anak orang. Tapi yang mengakui kebegoannya itu bukan satu dua orang saja. Hampir semua orang yang kenal dia tau dia itu bego. Nilai A yang dia dapat, hasil sempurna karena dia kumpul sama orang-orang jenius di kelas saya dan mencontek habis-habisan kerjaan mereka dengan mengedit-edit sedikit agar terlihat itu hasil karyanya dia. Kalo disuruh ngerjain sendiri, saya yakin, dia ngga bakalan bisa.

Dan saya, meskipun saya mengakui kecerdasan saya sedikit lebih tinggi levelnya dibanding dia, kadang harus puas hanya dengan nilai AB atau B. Bedanya, nilai saya hampir semuanya usaha saya sendiri.

Oke, sampai di situ flashback saya soal si A. Anyways, saya hampir ngga percaya kalo bundel yang dia bawa adalah bundel skripsi. Tapi sahabat saya, Nova (dia duduk di sebelah saya waktu itu), yang mungkin menyadari hal ini lebih cepat daripada saya dan langsung tanpa basa-basi dia bertanya pada si A. terjadilah percakapan singkat berikut:

Nova: “ Hei, A! Kamu mau kumpul bundel skripsi toh?”
A: (menoleh dan menunjukkan bundel yang dibawanya.) “Iya, ni, Va. Heheheheh….,”

Saya dan Nova berpandangan. Dalam hati kami, sama-sama meneriakkan kata: “Asem!”

Saya: “Wah, keren, A! Kapan sidang?” (dalam hati saya ndongkol.)
A: “Ngga tau, Meg. Tunggu jadwal aja. Duluan ya,”

A berlalu cepat masuk ke ruang Kepala Program Studi kami. Dan menghabiskan waktu yang cukup lama di sana bersama calon-calon peserta sidang lainnya yang mengumpulkan bundel skripsi hari itu.

Saya dan Nova sama-sama terdiam. Percakapan singkat itu membuat kami terkagum-kagum. Si A? Mau sidang? Hahahahah. Saya ngga mempermasalahkan bagaimana dia membuat skripsinya. Kalo ternyata skripsinya dikerjakan orang lain alias “beli”, saya pun ngga merasa itu salah. Sumpah, Fakultas saya itu paling gemar merekrut orang untuk masuk dan belajar di dalamnya (dengan biaya tinggi tentunya!), tapi untuk meluluskan mahasiswanya, mereka membuat prosesnya seolah susah sekali. Anyways, kapan-kapan saya akan posting bagaimana bisa begitu. :p

Back. Yang kami permasalahkan itu adalah, bagaimana si A masih bisa mempertahankan semangatnya untuk bertahan mengerjakan skripsi dan mendahului kami semua maju sidang. Saya, Nova dan mungkin teman-teman seperjuangan saya, sering banget ngerasa Up and Down, Hot and Cold, Yes then No, (hahahhaa, lagu Katty Pery banget) secara bergantian.

Dia, menurut saya keren. Meskipun bego, dia sangat konstan dalam mempertahankan semangatnya dan mengumpulkan bundel skripsi mendahului kami-kami yang mungkin kecerdasannya di atas rata-rata dia. Salut banget! Ngga bakal ngira deh. Temen-temen satu angkatan saya yang laen, yang saya ceritain, ngga percaya juga. Gila, saya ngga pernah berpikir sebelumnya, kalo motivasi saya justru datang dari si A! One another of idiot that spend their study just for fun.

Makanya, saya bela-belain duduk seharian di depan lappie dan mengerjakan bagian paling menjengkelkan di skripsi saya. DFD! Temen-temen yang kuliahnya sama-sama di TI seperti saya pasti tau banget DFD itu apa. Yup, kek diagram perencanaan sebelum kamu membuat sebuah program komputer. Ah, whatever! Saya ngga mau bahas soal materi komputer di sini.

Dan oke, finally, kemalasan saya berhasil dikalahkan. Dan, yippie! Selesai sudah. Seneng banget saya. Ngga yakin juga itu bener sih tapi seenggaknya saya udah berusaha. Well, that’s me, mate. Saya itu kalo disuruh usaha mati-matian saya bisa sampai mati beneran :p, saya ngga pernah peduli itu salah atau benar. Soalnya kata-kata favorit saya dari salah seorang temen saya, selalu jadi pegangan hidup. Ini dia:

“Rights and wrong wasn’t different. They just an opposite like Night and Day.”

Wah, nasi saya matang. Times to eat then!
Read more